Kamis, 12 Maret 2009

MARLEY & ME




CINTA SEJATI

Aku tak mungkin menonton Marley & Me bila sahabatku Amelia Fitri tidak mentraktirku nonton di Bioskop bergengsi yang telah lama kuincar. Bila Amel tidak memintaku menemaninya nonton siang itu, aku bisa dipastikan tidak akan menonton film ini, aku memang bukan pecinta binatang. Bukan pula penggemar fanatik Jeniffer Aniston dan Owen Wilson yang menjadi Jen dan John Grogan dalam film ini. Namun aku tak menyangka, betapa dalam arti film ini sebenarnya buatku nantinya.

Jen dan John Grogan adalah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai Penulis. Kehidupan mereka indah penuh cinta kasih. Sekian lama bersama mereka mulai merindukan memiliki momongan. Namun keragu-raguan yang besar menyelimuti fikiran mereka. Terutama Jen. Sebagai seorang wanita, calon Ibu, Jen khawatir tidak mampu mengasuh dan merawat anak-anak mereka bila lahir kelak.

John mencarikan jalan keluar. Ia menghadiahi Jen seekor anak anjing untuk membuat Jen terbiasa merawat dan mengasuh mahluk hidup. John berharap si Puppy akan membantu Jen dan dirinya beradaptasi dalam berperan dan bertanggung jawab sebagai orangtua dari anak-anak mereka nantinya. Seekor anjing berjenis Labrados berwarna putih yang lucu dan berharga paling murah mereka pilih.

Anjing itu mereka beri nama Marley. Marley tumbuh sebagai anjing yang agresif dan sangat nakal dengan tenaga yang amat besar. Kenakalan Marley terkenal dilingkungan rumah mereka sehingga tak seorang penjaga anjingpun yang bersedia menjaganya bila Jen dan John ingin bepergian tanpa Marley. Kelakuan Marley menginspirasi John membuat berbagai tulisan di surat kabar tempatnya bekerja. Tulisan John disukai orang banyak. Berkat Marley yang nakal, John memberikan karya tulis terbaiknya dan menjadi Kolumnis terkenal.
Satu persatu anak Jen dan John lahir. Kenakalan Marley menambah kacau keadaan rumah yang diramaikan oleh 3 anak mereka yang masih kecil-kecil. Tak jarang Marley menabrak Patrick, putra pertama mereka yang sedang belajar berjalan. Namun bagaimanapun tingkah polahnya, keluarga John dan Jen begitu mencintainya. Tak perduli berbagai masalah menghampiri dan menyulitkan keadaan John dan Jen akibat kenakalan Marley.
Marley begitu setia mendampingi dan meramaikan keluarga bahagia ini hingga ajal menjemputnya. Kematiannya menorehkan luka yang amat dalam pada keluarga Grogan. Mereka semua mencintai Marley dan sangat sedih telah kehilangan Marley.

Marley and Me dikemas dalam tempo yang santai dan menonjolkan kealamian set dan juga peran-peran yang dimainkan. Adegan-adegan lucu yang dinamis meramaikan isi film komedi romantis ini. Marley and Me memperlihatkan padaku betapa Cinta Tak Pandang Bulu. Cinta yang hadir dan tumbuh mengisi hati orang-orang yang mencinta tanpa melihat bentuk lahir dan batin yang dicinta. Inilah Cinta yang sejati, yang sesungguhnya.

Marley diceritakan sebagai anjing yang buruk rupanya dan buruk kepribadiannya. Namun cinta terhadapnya yang telah hadir dan bersemi dihati pasangan Grogan, buta akan segala keburukannya. Kenakalan Marley diatasi dengan segala cara. Berbagai jalan memperbaiki perilaku buruk Marley telah dilakukan oleh keluarga Grogan. Tapi Marley tetap saja dinobatkan menjadi anjing paling nakal di komplek rumah mereka.

Cinta tulus yang ditunjukkan keluarga Grogan pada Marley mengingatkanku pada hakikat Cinta. Cinta datang dan menyentuh hati siapa saja terhadap apa saja. Membutakan mereka dan membuat mereka bertoleransi dan berdamai dengan keburukan yang dimiliki orang atau mahluk yang dicintainya.

Cinta semacam ini jelas diperlihatkan pada Ibunda kita terhadap diri kita anak-anaknya. Tak perduli betapa besar kekacauan yang kita buat, Ayah bunda tetap mencintai kita dengan besaran cinta yang sama saja. Tak perduli bagaimanapun bentuk fisik kita, tak perduli jua seburuk apapun kelakuan dan sifat kita. Orangtua selalu punya alasan untuk menyanjung dan memuji keindahan yang kita miliki menurut mereka, bukan menurut orang lain.

Cinta seperti ini pula yang Tuhan fitrahkan pada pasangan suami istri dan siapapun yang cinta mencintai. Cinta tak bersyarat yang selalu ada dalam setiap saat. Saat bersuka juga berduka. Saat penuh tawa maupun saat penuh airmata. Saat diberi dan memberi bahkan saat harus berkorban sampai saat dijadikan korban. Inilah yang dinamakan Cinta Sejati itu sebenarnya. Cinta yang senantiasa menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan. Cinta yang kokoh dan tak lekang oleh waktu. Cinta yang tak bisa berkurang kadarnya malah dapat bertambah. Cinta dengan jutaan makna yang luarbiasa. Tuhan yang menganugerahinya, Tuhan pula yang akan mengambil kembali nantinya.

Berdoalah agar Tuhan menetapkan kenikmatan cinta yang kita punya. Doakan pula segala yang kita cinta. Pujalah cinta selagi ia ada. Karena kita tak pernah tahu, kapan ia akan pergi menghadap sang Pencipta. Seperti duka mendalam keluarga Grogan yang ditinggal mati Marley, anjing kesayangan mereka.

Thanks ya ’Mel, berkat ”paksaan”mu yang menyenangkan, aku jadi tahu makna Cinta Sejati yang sesungguhnya. Aku pulang membawa sebuah cinta baru yang tak bersyarat pada suami dan buah hati yang telah menungguku di istana kami didunia. Cinta yang melegakan dada karena tak ada lagi tuntutan apapun terhadap mereka. Cinta yang hanya akan mencintai mereka apa adanya. Cinta yang akan memberi mereka segala yang kupunya. Cinta yang penuh senyuman meski perjuangan hidup tengah terasa begitu kerasnya.

Desy Andriani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar